Wednesday, February 29, 2012

Spesial Teruntuk Mereka



Kue dipotong dan dibagikan dengan sebuah nasi bungkus kepada setiap anak – anak tukang suwun yang datang saat itu. Suatu perayaan kecil yang mereka anggap sebagai kemewahan besar yang jarang bisa didapatkan. Ketika banyak anak sudah selesai dengan kue dan nasi bungkusnya, terlihat seorang anak perempuan yang memeluk nasi bungkusnya dengan lembut. “Koq nasinya ga dimakan dik? “ Tanya seorang kakak guru. “Mau dibagi sama ibu,” jawabnya. Sepertinya dia ingin membagi kemewahan ini bersama ibunya, orang yang dia sayangi.

Mendung menggelayut mesra di atas kota Denpasar. Jalanan tampak ramai dipenuhi berbagai kendaraan bermotor yang melintas. Derap terburu kadang terdengar dari setiap langkah kaki manusia seputaran areal pasar Badung. Jam menunjukkan pukul 11.06 wita. Terlambat 6 menit dari waktu yang dijanjikan. Segera saja Yudha dan Sanjay menuju bangunan lantai 4 pasar Badung, tempat yang dimana akan memberikan suatu perspektif baru dalam pandangan personil Dkantin ini.


Pasar Badung, 11.06 wita – 13.35 wita


Berbekal gitar, niat dan perut keroncongan, Yudha dan Sanjay melaksanakan janji untuk membantu seorang kawan dalam melaksanakan misi sucinya. Tujuan mereka kesana adalah untuk memberikan nuansa baru dalam proses belajar gratis bagi anak – anak tukang suwun di areal Pasar Badung. Bertepatan juga dengan satu tahun EarFriendsBali terbentuk. Doi selaku moncol EarfriendsBali memiliki gagasan untuk merayakannya bersama anak – anak tukang suwun pasar Badung sembari melakukan tugas mengajar yang rutin dilakukan tiap sabtu bersama kawan lainnya.

Sehari sebelumnya, Doi mengajak Yudha dan Sanjay untuk turut serta. Sekedar berbagi kesenangan dengan alunan akustik yang pastinya memberikan warna berbeda dalam proses belajar bagi adik – adik di pasar Badung itu. Dikarenakan bekerja dan menyelamatkan dunia, untuk kali ini Abe dan Jayak tidak dapat bergabung. Untuk selanjutnya, dua manusia ganteng inilah yang akhirnya datang untuk membantu si doi.

Saat kaki menapak puncak teratas dari gedung pasar Badung, terhampar pemandangan yang tidak pernah dibayangkan. Terlihat susunan ruang – ruang yang tersusun rapi dan digunakan banyak untuk kantor dan beberapa ruang kosong diantaranya. Untuk saat itu, Sabtu, 25 Februari 2012, terasa keramaian di salah satu ruangan yang selanjutnya diketahui sebagai lokasi mereka menghabiskan sisa siang di hari itu.

Keramaian didominasi oleh anak – anak yang berumur 5 – 15 tahun. Sedang menerima pelajaran membaca, matematika dan bahasa inggris oleh beberapa remaja sepantaran SMA dan kuliah. Ada yang serius, ada yang serius sekaligus gaduh, ada yang gaduh namun terlihat malas tapi sebenarnya serius (nah lo? Bingung ga?). Berbagai ekspresi terpancar dari mereka (anak – anak seputaran pasar Badung) berikut tercampur dengan cara dari kakak pengajarnya yang sibuk mengajar sekaligus berfikir agar pelajaran yang diberikan masuk secara total dan menyenangkan dalam diri mereka. Maklum, mereka berasal dari background yang berbeda. Tidak sama dengan mereka – mereka yang sedari awal sudah mengenyam pendidikan pantas di umurnya. Perlu cara lain yang memungkinkan mereka menerima pelajaran dengan total. Suatu bekal yang disiapkan untuk mereka yang bahkan mereka sendiri belum mengerti manfaatnya bagi diri mereka kelak.

Sejam berlalu dan kegiatan berubah. Saatnya acara menggambar dan mewarnai. Jika sebelumnya terlihat berbagai emosi yang timbul ketika sibuk menerima pelajaran yang berbeda, kini mereka serius melahap gambar kartun Endah N Rhesa yang terpampang untuk diwarnai atau digambar ulang (tergantung dari apa yang mereka pilih). Tidak jarang terjadi insiden kecil – kecilan (menangis misalnya) ketika seorang anak melempar crayon atau mengganggu temannya disaat dirinya berkonsentrasi mewarnai gambar dengan liputan imajinasi yang luar biasa berwarna. Setiap remaja mengawasi anak didiknya satu – satu. Termasuk Yudha dan Sanjay yang memberikan arahan bebas terhadap adik – adik yang mereka awasi. “Ini warna apa?,” Tanya Yudha kepada seorang anak yang sedang asyik mewarnai kartun didepannya dengan spidol. “Barak (merah),” jawab si anak yang bernama Ketut. “Mau diwarnain dimana?,” lanjut Yudha penasaran. “Di Bok (rambut),” jawabnya lugas dan sedikit malu – malu. “Ya, warnain nae,” senyum terkembang dan si Ketut pun kembali mewarnai dengan serius. Rasanya sangat nikmat. Berada diantara anak – anak ini. Sejenak melupakan hal – hal serius dan menyibukkan diri dengan sesuatu yang tidak terlalu emosional. Hanya mewarnai dan merasa senang.

Setelah sesi mewarnai dan menggambar selesai, acara pun diselingi dengan menyanyikan lagu dan games kecil – kecilan. Menyanyi lagu potong bebek angsa, balonku ada lima, pelangi hingga lagu ulang tahun tepat saat doi dan kawan – kawan mempersembahkan kue tart pertanda puncak acara sudah terjadi. Tentunya diiringi genjrengan gitar oleh 2 personil Dkantin yang membuat suasana memanas di hari yang memang sudah panas itu. Tepat sebelumnya terjadi konser kecil – kecilan antara Nirmala (salah satu remaja) dengan Yudha dan Sanjay. Menyanyikan lagu Waiting milik Endah N Rhesa yang dibawakan secara apik walau belum sempat latihan secara serius. Anak – anak yang menonton terlihat sumringah dan memberikan tepuk tangan. Tepuk tangan yang tulus dan terasa menyenangkan.

We Do Care Lupus, Kampus Sastra UNUD, 19.10 wita – 23.27 wita


Lima jam berlalu sejak pengalaman baru di pasar Badung. Setengah jam lagi Dkantin akan menghibur kawan – kawan di areal Kampus Sastra Unud. Sembari menunggu, terdengar talk show antara seorang dokter dengan penonton dan penderita penyakit Lupus yang diarahkan oleh MC. Lupus, bukan seorang tokoh yang diciptakan Hilman dengan ciri khas rambut Duran – Duran dan permen karetnya, tapi sebuah penyakit yang ada diantara kita. Penyakit yang sebenarnya timbul dari meningkatnya sel darah putih dan menyerang apapun yang dianggap mengancam termasuk Hemoglobin (sel darah merah). Dikatakan penyakit ini tidak bisa hilang namun bisa dikontrol. Adalah berat bagi pengempu Lupus untuk menjalani hari – hari berikutnya disaat mereka tersadar penyakit ini exist di dalam tubuh.

Cara untuk mengontrol penyakit ini bisa dengan obat atau tidak dengan berfikir negatif. Sebuah pola hidup yang menyenangkan dan menyegarkan ternyata mampu membuat penderita Lupus menekan laju penyakit ini secara signifikan. Mungkin acara ini mampu membuat (setidaknya) perasaan mereka menjadi senang. Tersadar bahwa masih ada beberapa kawan yang masih concern terhadap beberapa teman yang menderita Lupus.

Di kesempatan ini, sangat menggembirakan bagi Dkantin untuk ikut berperan serta. Walau hanya berupa untaian lagu. Baik Abe, Jayak, Sanjay dan Yudha mencoba memberikan nuansa harapan positif lewat lagu – lagu yang dirancang secara akustik agar mereka, para penderita penyakit Lupus, menyadari harapan untuk menjalani hidup itu masih ada dan harapan itu sejernih dentingan gitar yang Dkantin mainkan.

Geraman emosi yang tertekan mengisi lagu Gosip sebagai lagu pertama. Disusul dengan sebuah nomor baru dengan judul Selalu Ada. Lagu yang mengingatkan kita semua (termasuk saya :p) bahwa akan ada banyak alasan untuk menunda sesuatu. Berharap dengan lagu ini, sesuatu yang suka tertunda itu bisa langsung dikerjakan.  Berikutnya lagu Alone yang sempat dibawakan secara mengejutkan oleh seorang penonton dengan intonasi nada yang mumpuni sebelum Dkantin mulai perform. Terharu karena ternyata ada yang sudah hapal lagu Dkantin. Sedikit rehat dan ngebondres garing, list dilanjutkan dengan lagu Happy Birthday asli buatan Dkantin. Menjadi berbeda dengan konsep yang dibawakan secara band. Untuk akhir adalah sebuah lagu bernafaskan harapan dan kesenangan menikmati hidup. “Walaupun teman – teman ada yang memiliki penyakit Lupus, jangan pernah menyerah. Teruslah ceria menghadapi hidup. Seceria kita menyanyikan Na…Na…Na…” Sanjay pun mengawali dengan lantunan menyegarkan disusul vokal berkarakter dari Jayak. Ditambahkan nuansa ritmik asyik dari Abe dan iringan nada tegas dari Yudha. Semua terasa menyenangkan dan sempurna.

25 Februari 2012. Dua tempat berbeda, dua kejadian berlainan dengan satu tujuan yang sama. Memberikan yang terbaik bagi mereka. Baik untuk anak – anak tukang suwun yang berusaha berjalan beriringan dengan kerasnya hidup dan kawan – kawan pengidap Lupus yang terus melawan harapan akhir yang menyakitkan. Semoga Dkantin mampu mengembangkan harapan terbaik bagi mereka. Harapan untuk terus menikmati hari – hari yang bermakna sampai nanti harapan ‘kan berganti kenyataan bagi mereka semua. Suatu kenyataan yang manis. Suatu yang spesial. Spesial teruntuk mereka.


*terimakasih kepada Sugie Wardana untuk foto-foto kerennya

2 comments:

  1. sungguh hari yg positif dan menyenangkan :)

    ReplyDelete
  2. makasi ya teman2 dktin yg sudah ikut dtang menebarkan kebahagiaan...
    yuk kapan2 berbagi lagii... :)

    ReplyDelete